Umat Islam sebentar lagi akan melaksanakan hari raya kembali setelah beberapa bulan sebelumnya telah merayakan hari raya idul fitri. Pada bulan Dzulhijjah, banyak sekali amalan yang dapat dilakukan oleh umat Islam, salah satunya adalah ibadah haji yang merupakan rukun Islam dan sangat diinginkan oleh seluruh umat Islam. Hanya saja, ibadah haji tentunya tidak semua orang bisa melaksanakannya. Perlu ada tiga faktor untuk bisa melaksanakan ibadah haji, yaitu adanya niat, nishab, dan nasib.
Ada niat saja tidak cukup, karena untuk melaksanakan ibadah haji perlu ada biaya untuk bekal diperjalanan dan bekal orang yang ditinggalkan di tanah air, banyak juga orang yang sudah berniat untuk melaksanakan ibadah haji tetapi batal berangkat dengan berbagai macam sebab. Begitu pun dengan adanya nishab saja (harta yang cukup) juga tidak cukup, karena banyak yang mempunyai harta namun tidak berangkat karena tidak ada niat. Tetapi jika sudah ada nasib, baik sebelumnya belum ada niat dan tidak ada nishab (harta), ibadah haji bisa terlaksana dengan sebab yang tidak disangka-sangka sehingga ia memiliki harta untuk berangkat dengan niat yang lurus.
Lantas bagaimana bagi yang belum mempunyai kesempatan untuk melaksanakan ibadah haji? Mengingat bulan dzulhijjah merupakan bulan yang mulia dimana Allah mengatakan didalam Al-Qur’an:
إِنَّ عِدَّةَ ٱلشُّهُورِ عِندَ ٱللَّهِ ٱثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِى كِتَٰبِ ٱللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضَ مِنْهَآ أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ۚ ذَٰلِكَ ٱلدِّينُ ٱلْقَيِّمُ ۚ فَلَا تَظْلِمُوا۟ فِيهِنَّ أَنفُسَكُمْ ۚ وَقَٰتِلُوا۟ ٱلْمُشْرِكِينَ كَآفَّةً كَمَا يُقَٰتِلُونَكُمْ كَآفَّةً ۚ وَٱعْلَمُوٓا۟ أَنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلْمُتَّقِينَ
“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa”. (At-Taubah: 36)
Empat bulan haram yang dimaksud dijelaskan dalam hadits berikut:
“Masa telah berputar bagaikan keadaan ketika diciptakannya langit dan bumi. Setahun itu adalah 12 bulan, 4 bulan di antaranya adalah bulan haram, tiga yang berurutan yaitu Zulkaidah, Zulhijjah dan Muharram. Dan Rajab yang terletak di antara Jumadil Akhir dan Sya’ban.” (HR Bukhari)
Untuk menyambut bulan Dzulhijjah, kita perlu mempersiapkan dengan amalan yang disyariatkan oleh Allah Swt agar mendapatkan kemuliaan bulan haram ini.
Amalan-amalan Sunah di Bulan Dzulhijjah
Pertama, ibadah puasa. Pada bulan Dzulhijjah disunahkan berpuasa dari hari pertama sampai pada hari ke sembilan. Hari pertama sampai sembilan itu menurut waktu setempat, bukan waktu Arab Saudi. Karena yang menjadi syariat puasa disini adalah berhubungan dengan waktu, yakni melakukan amalan shalih pada 10 hari permulaan di bulan Dzulhijjah, tidak seperti wukuf yang terikat dengan tempat (di Arafah).
Rasulullah saw bersabda:
مَا مِنْ أَيَّامٍ الْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيهَا أَحَبُّ إِلَى اللهِ مِنْ هٰذِهِ الأَيَّامِ. يَعْنِيْ أَيَّامَ الْعَشْرِ. قَالُوا يَا رَسُولَ اللهِ وَلَا الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللّٰهِ قَالَ وَلَا الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللّٰهِ إِلَّا رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَيْءٍ
“Tidak ada hari dimana amal shalih padanya lebih dicintai oleh Allah daripada hari-hari ini, yakni 10 hari pertama Dzulhijjah. Para sahabat bertanya: ‘Tidak juga dari jihad fi sabilillah?’ Beliau menjawab: ‘Jihad fi sabilillah juga tidak, kecuali seseorang yang keluar dengan diri dan hartanya lalu ia tidak kembali dengan satu pun dari keduanya.” (H.R. Bukhari)
Dzulhijjah, memperbanyak dzikir, khususnya setelah terbenamnya matahari tanggal 9 Dzulhijjah. Hal ini sebagaimana diterangkan dalam kitab Raudhatu at-Thalibin sebagai berikut:
فَيُسْتَحَبُّ التَّكْبِيرُ الْمُرْسَلُ بِغُرُوبِ الشَّمْسِ فِي الْعِيدَيْنِ جَمِيعًا، وَيُسْتَحَبُّ اسْتِحْبَابًا مُتَأَكَّدًا، إِحْيَاءُ لَيْلَتَيِ الْعِيدِ بِالْعِبَادَةِ
“Maka disunahkan mengumandangkan takbir mursal pada malam hari raya mulai terbenamnya matahari, dan sangat disunahkan juga menghidupkan malam hari raya tersebut dengan beribadah.”
Ada perbedaan antara takbir idul adha dengan takbir idul fithri. Dalam kitab Fahtul Qarib, Syaikh Imam Ibnu Qasim menjelaskan bahwa ada takbir mursal dan takbir muqayyad. Takbir mursal saat idul fithri dilakukan ketika terbenam matahari akhir bulan Ramadan sampai Imam melakukan shalat. Sedangkan takbir muqayyad pada idul adha dimulai dari tanggal 9 Dzulhijjah sampai shalat asar tanggal 13 Dzulhijjah, dilakukan setiap ba’da shalat, baik shalat fardhu atau pun shalat sunnah.
Bagi yang belum mendapat kesempatan melakukan ibadah haji, dalam waktu 10 hari pertama bulan Dzulhijjah bisa melaksanakan ibadah yang pahalanya seperti ibadah haji. Misalnya berbakti pada orang tua, melaksanakan shalat berjamaah, dan berdzikir.
من خرج من بيته متطهرا إلى صلاة مكتوبة فأجره كأجر الحاج المحرم، ومن خرج إلى تسبيح الضحى لا ينصبه إلا إياه فأجره كأجر المعتمر
“Siapa yang keluar dari rumahnya dalam keadaan suci untuk menunaikan shalat fardhu akan diberikan pahala ibadah haji. Sementara orang yang keluar rumah untuk mengerjakan shalat dhuha dan tidak ada tujuan lain selain itu, maka akan diberikan pahala umrah.” (HR Abu Daud)
Selain amalan-amalan yang bisa dilakukan di sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah, kita juga bisa memaksimalkan dengan melaksanakan sunah-sunah saat akan melaksanakan shalat idul adha, seperti mandi sebelum berangkat ke masjid, pakai pakaian yang terbaik dan suci, mengambil jalan yang berbeda saat berangkat dan pulang dari masjid, tidak makan sebelum ke masjid, dan memakai wangi-wangian.
Wallahu’alam
Ditulis oleh: Iwan Setiawan