Marriage Is Scary, Laki-laki Harus Siap Ini Sebelum Memutuskan Untuk Menikah

Photo of author

Beberapa Minggu ini sosial media dihiasi oleh tren ‘Marriage Is Scary‘. Berakar dari maraknya kasus suami yang selingkuh, KDRT, patriarki, sampai suami yang kecanduan judi online. Di tren ini para perempuan men-share ketakutan mereka pada suami di masa depan.

Terlebih, beberapa hari lalu netizen Indonesia kembali dikejutkan dengan unggahan vidio seorang istri yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga hingga berita seorang suami yang dilaporkan hilang ternyata ditemukan sudah menjalin hubungan bersama wanita lain.

Hal ini memicu kembali ketakutan para wanita hingga tren ‘Marriage Is Scary‘ ini terus trending. Bahkan tidak sedikit laki-laki yang meramaikan tren ini.

Meski sangat disayangkan karena sebagian laki-laki justru mengungkapkan ketakutan hanya sebatas pada takut istri yang tidak bisa atau tidak mau masak, istri yang tidak bisa mengurus anak, tidak bisa mengurus rumah sampai takut kalau ternyata istri yang mereka nikahi tidak perawan.

Tidak semua laki-laki menanggapi tren ‘Marriage Is Scary’ demikian. Jadi tolong diingat ini bukan menggeneralisir.

Kita mundur ke belakang sebelum tren ‘Marriage Is Scary’ ini viral. Di media sosial, sesekali pasti ada sebuah unggahan di beranda yang membahas tentang tugas istri dan tugas suami, dan pasti berujung pada adu argumen.

Ini sedikit menusuk jadi saya meminta maaf sebelumnya, tapi baik cerita di real life (kehidupan langsung) ataupun cerita di media sosial, tidak sedikit jumlahnya laki-laki yang justru membuat pernikahan dipandang sebagai lembah kesengsaraan seorang perempuan. Meski tidak bisa dipungkiri sedikit-banyaknya, perempuan juga yang menumbuhkan karakter laki-laki yang merugikan perempuan lainnya.

Sebagai contoh segelintir ibu mertua yang mengatakan jika seorang suami selingkuh berarti kesalahan ada pada istrinya. Padahal selingkuh tidak dibenarkan dan suatu perbuatan yang salah, dan kesalahan ada pada pelaku.

Tapi tujuan tulisan ini bukan untuk menyalahkan salah satu pihak dan membenarkan pihak lainnya, sungguh, tidak demikian.

Mungkin kita terlalu fokus pada label ‘tugas’ istri atau suami. Sehingga dari perempuan mengatakan jika tugas suami itu harusnya ini, ini dan ini. Kemudian dari laki-laki juga mengatakan jika tugas istri adalah itu, itu dan itu.

Sekarang, mari kita fokus pada apa yang harus kita siapkan dan lakukan untuk pasangan, alih-alih fokus pada apa yang harus pasangan lakukan pada kita.

Ini Yang Harus Laki-laki Siapkan Saat Berpikir Ingin Menikah

Mahar

Laki-laki bisa memberikan mahar pada istrinya dengan patokan jumlahnya adalah mahar seorang wanita yang berstatus sosial sama dengan istrinya. Laki-laki dapat membayar mahar secara kontan bahkan secara hutang, dengan catatan mahar tersebut harus dibayarkan dan tidak boleh diambil kembali. Lalu ada istilah jika sebaik-baik perempuan adalah yang tidak memberatkan mahar. Tapi kembali lagi, mahar ini bertujuan untuk menghormati perempuan yang dinikahi sehingga alangkah baiknya jika sebagai laki-laki, kita tidak serta-merta memudahkannya.

Tempat Tinggal

Sebagai suami tentunya menjadi keharusan untuk menyediakan tempat tinggal bagi istrinya. Jika sebagai suami kita sanggup untuk membeli rumah, maka lakukan. Jika tempat tinggal yang bisa disediakan adalah sebuah rumah sewa, maka suami setidaknya harus mampu membiayai rumah sewanya. Untuk laki-laki yang belum menikah, penting melakukan riset harga rumah atau sewa rumah untuk ditempati nanti setelah menikah.

Jika seorang istri harus tinggal di rumah keluarga suaminya, itu bukanlah sebuah dosa. Maka sebagai seorang suami, kita harus bisa mengatasi konflik yang mungkin terjadi antara ibu dan istri kita. Seorang suami harus siap membela istrinya dan tidak merendahkannya, terutama di depan keluarganya sendiri.

Menyediakan Makanan

Dalam Al-Bahr Al-Ra’iq ada tiga cara seorang suami menyediakan makanan untuk istrinya, yaitu suami membeli bahan makanan kemudian istri yang memasaknya. Jika istrinya tidak ingin memasak, suami memasakkan untuknya. Tapi, andaikan sang istri tidak merasa puas dengan masakan yang suaminya sediakan, maka suami harus memberikan uang agar istri bisa membeli makanannya sendiri.

Mayoritas ahli fiqih sepakat bahwa merupakan tugas suami untuk menyediakan makanan, bukan tugas istri. Ternyata memasak adalah tugas istri itu keliru. Meskipun demikian, jika seorang istri bersedia untuk memasakkan makanan maka In Syaa Allah pahala untuknya.

Membayar Tagihan

Suami harus membayar semua tagihan baik itu listrik, air, wifi dan lain-lain. Selain itu, suami juga harus menbayar biaya selama kehamilan dan persalinan istrinya. Tolong jangan pakai pinjaman online apalagi hasil judi online tuan-tuan sekalian.

(Tapi judi gak menghasilkan apa-apa sih)

Menyediakan Pakaian

Suami harus menyediakan pakaian untuk istrinya. Ibnu Nujaim mengatakan bahwa suami harus menyediakan pakaian baru setiap enam bulan. Shaykh Akram Nadwi mengatakan jika pakaian ini kembali pada kebutuhan istri, jika istri tidak memerlukan pakaian baru maka tidak ada masalah dengan itu. Selain menyediakan pakaian seorang suami juga perlu menyediakan produk kebersihan dan perawatan pribadi untuk istrinya mulai dari sabun, sampo, skincare hingga make up.

Melakukan Pekerjaan Rumah

Pekerjaan rumah yang selama ini identik disematkan sebagai kewajiban seorang istri justru merupakan kewajiban suaminya. Seorang istri sangat boleh untuk melakukannya dan hal tersebut akan menjadi amal baik untuknya. Atau seorang suami dapat menyewa asisten rumah tangga untuk melakukan pekerjaan rumah.

Jika seorang istri ingin ikut berkontribusi secara finansial atau ingin membantu meringankan suaminya dengan membantu melakukan pekerjaan rumah, maka hal tersebut bisa dikatakan sebagai amal baik dan In Syaa Allah berpahala.

Selain Finansial, Laki-laki Harus Siapkan Ini Sebelum Memutuskan Untuk Menikah

Jika seorang istri disebut sebagai madrasah atau sekolah bagi anak-anaknya. Maka seorang suami adalah kepala sekolah yang bertanggung jawab pada sekolahannya. Ini adalah sebuah metafora yang menggambarkan peran seorang laki-laki yang tidak sebatas mencari nafkah saja setelah memutuskan untuk menikah.

Lebih jauh dari itu, seorang laki-laki (suami) harus bertanggung jawab memberikan arahan dalam hal agama, moral serta kebaikan-kebaikan lain kepada istri serta anak-anaknya. Goals akhirnya adalah seorang suami harus berhasil menjaga istri dan anak-anaknya agar tidak tenggelam dalam api neraka. Selain memberikan arahan, seorang laki-laki setelah menikah harus bertanggung jawab dalam memenuhi kebutuhan emosial istrinya dan anak-anaknya.

Kesimpulan

Tren Marriage Is Scary bukanlah ajang untuk mendikte orang lain. Sebaliknya, tren tersebut memberikan kesempatan pada kita untuk belajar sehingga saat kesempatan untuk menikah datang, baik laki-laki maupun perempuan, kita sudah tahu apa yang harus dilakukan setelah akad selesai.

Menikah bukan sekedar tempat untuk melakukan hubungan seksual tanpa khawatir berdosa. Dan finansial bukan satu-satunya hal yang harus kita siapkan. Jika untuk memasuki dunia kerja kita harus menyiapkan segala macam hal mulai dari softskill, hardskill, sertifikasi kemampuan dan banyak lagi lainnya. Tidak mungkin untuk menikah yang perlu disiapkan hanya dari segi finansial saja, kan?

Wallahu a’lam bishawab.

Tinggalkan komentar

Social media & sharing icons powered by UltimatelySocial