HALALCORNER.ID-Kuala Lumpur, Malaysia — Keberlanjutan, integritas, dan ketahanan mengedepankan visi Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim untuk pemahaman yang lebih komprehensif tentang arti halal di dunia saat ini.
Berbicara pada upacara pembukaan KTT Halal Global di Kuala Lumpur, Malaysia, Jumat – yang bersamaan dengan Malaysia International Halal Showcase 2025 – Anwar menyoroti komitmen Malaysia untuk memajukan standar dan inovasi halal di dunia di mana halal berkembang dengan cepat dan luas.
Ia mencatat bahwa halal bukan lagi sebuah konsep agama semata, namun sebuah sistem nilai global yang mendapatkan perhatian bahkan di negara-negara mayoritas non-Muslim, memperluas jangkauan makanan ke layanan kesehatan, kosmetik, pariwisata dan keuangan Islam.
“Ini adalah sistem nilai yang mengedepankan konsumsi etis, keadilan sosial, martabat manusia, dan kelestarian lingkungan,” jelasnya. “Karena daya tariknya yang universal bagi semua segmen masyarakat, produk dan layanan halal kini menjadi pilihan yang semakin populer di kalangan konsumen, termasuk di negara-negara yang mayoritas penduduknya non-Muslim.”
Menurut perdana menteri, otoritas sertifikasi halal Malaysia, Departemen Pembangunan Islam Malaysia, berada di pusat ekosistem global ini, dengan hampir 10.000 perusahaan yang mendapatkan sertifikasi berdasarkan standar halal komprehensif negara tersebut.
Pemerintah Malaysia terus berupaya untuk memposisikan industri halal sebagai pilar utama perekonomian nasional.
“Dalam setiap misi investasi dan keterlibatan bilateral, saya harus mengatakan ini tanpa kecuali, Malaysia memposisikan halal sebagai model ekonomi universal,” katanya, seraya menambahkan bahwa sektor halal diproyeksikan berkontribusi 10,8 persen terhadap produk domestik bruto Malaysia pada tahun 2030.
“Saat kita menavigasi kompleksitas era modern, penting bagi kita untuk kembali ke landasan halal, yang mewakili pandangan dan cara hidup holistik, yang didasarkan pada kebersihan, integritas, dan akuntabilitas,” kata Anwar.
“Pasar halal global bernilai lebih dari 16,02 triliun ringgit Malaysia ($3,8 triliun) dan diperkirakan akan mencapai 22,88 triliun ringgit pada tahun 2030,” katanya.
Sejalan dengan pertumbuhan sektor ini, beliau juga menyoroti evolusi digital MIHAS, dengan menyatakan, “MIHAS 2025 akan sepenuhnya memanfaatkan Platform Perdagangan Digital Madani, sebuah alat berbasis kecerdasan buatan yang dirancang untuk mengoptimalkan pencocokan bisnis lintas batas.”