[:id]
HALALCORNER.ID, JAKARTA – Bulan suci ramadhan akan hadir menyapa kaum muslimin dalam hitungan jam. Tentunya kita semua telah mempersiapkan diri jauh hari sebelumnya. Kajian dibalik kewajiban menahan haus, lapar dan nafsu dari mulai waktu sahur hingga magrib ini telah dikupas dari berbagai sisi, salah satunya adalah sisi kesehatan. Bukanlah suatu rahasia bahwa berpuasa di bulan ramadhan mempengaruhi berbagai perubahan secara fisiologi, biokimia, metabolik dan spiritual bagi manusia. Tak pelak puasa selama bulan ramadhan menjadi salah satu obyek penelitian berbagai disiplin ilmu sejak dulu.
Puasa ramadhan dijalani kaum muslimin selama sekitar 13 – 14 jam untuk daerah katulistiwa seperti halnya Indonesia dan sekitar 22 jam bagi masyarakat di daerah non tropis tertentu (pada musim panas-red). Mayoritas kaum muslimin secara normal mengkonsumsi makanan dua kali dalam sehari yaitu di waktu sahur dan berbuka puasa. Meski aktivitas sehari-hari dijalankan seperti biasa namun aktivitas fisik yang berlebih cenderung kita hindari. Selain itu, pola dan porsi makanan selama bulan ramadhan tentunya akan berubah. Di beberapa budaya, makanan yang dikonsumsi selama bulan puasa akan mengandung lebih banyak lemak, protein dan gula bila dibandingkan dengan makanan yang dikonsumsi di luar bulan ramadhan.
Metabolisme lipid, karbohidrat, protein dan hormon mengalami perubahan. Saat berpuasa, tubuh akan mengganti sumber energi dari glukosa menjadi asam lemak. Asam lemak tersebut merupakan hasil pelepasan dari adiposit yang dapat menurunkan lemak tubuh. Orang yang berpuasa tentu saja tidak dapat disangkal akan mengalami dehidrasi namun begitu sungguh menakjubkan tidak pernah terjadi kasus dehidrasi berlebih kronis bagi orang yang berpuasa.
Efek berpuasa selama ramadhan mengalami perbedaan tergantung iklim, budaya dan sosio-demografi. Secara kesehatan, berpuasa di bulan ramadhan akan menurunkan berat badan, lipoprotein densitas rendah (low-density lipoprotein/LDL) dan glukosa plasma puasa. Menurut sebuah penelitian, Ramadhan Fasting Decrease Body Fat but Not Protein Mass yang dilakukan oleh Ari Fahrial Syam dkk pada tahun 2016, menyebutkan bahwa setelah berpuasa selama 28 hari, berat badan, BMI (Body Mass Index), air dan mineral tubuh mengalami penurunan secara signifikan sedangkan protein massa tubuh dan asupan kalori tidak berubah secara signifikan.
Sedangkan dalam jurnal Relative Metabolic Stability, But Disrupted Circardian Cortisol Secretion During The Fasting Month Of Ramadhan berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Bahijri S dkk menyebutkan bahwa berpuasa di bulan ramadhan menaikkan resistensi insulin yang disebabkan berkurangnya pola makan yang memberikan pengaruh terhadap metabolisme dan siklus circadian (siklus biologis manusia normal). Lain halnya dengan sel darah merah, sel darah putih, trombosit, liporotein densitas tinggi – kolesterol (High Density Lipoprotein/HDL-cholesterol) yang meningkat selama berpuasa.
Selain itu puasa selama ramadhan akan menurunkan inflamasi (peradangan). Tak dapat disangkal kesimpulan yang menyatakan berpuasa di bulan ramadhan merupakan cara sehat tanpa obat untuk meminimalkan faktor resiko dan meningkatkan kualitas kesehatan sehingga tidak menjadi salah bila disebutkan berpuasa akan menyehatkan.
Masyaallah ternyata dengan menunaikan puasa selama satu bulan penuh, banyak sekali kemashlahatan yang Allah berikan kepada kita semua yang menjalankan perintah-Nya.
Lantas, bersiapkah kita menyambut bulan mulia ini??
Fan page : HALAL CORNER
FB Group :
Website : www.halalcorner.id
Twitter : @halalcorner
Instagram : @halalcorner
Referensi : diolah dari berbagai sumber
Redaksi : HC/AN
[:en]
HALALCORNER.ID, JAKARTA – Bulan suci ramadhan akan hadir menyapa kaum muslimin dalam hitungan jam. Tentunya kita semua telah mempersiapkan diri jauh hari sebelumnya. Kajian dibalik kewajiban menahan haus, lapar dan nafsu dari mulai waktu sahur hingga magrib ini telah dikupas dari berbagai sisi, salah satunya adalah sisi kesehatan. Bukanlah suatu rahasia bahwa berpuasa di bulan ramadhan mempengaruhi berbagai perubahan secara fisiologi, biokimia, metabolik dan spiritual bagi manusia. Tak pelak puasa selama bulan ramadhan menjadi salah satu obyek penelitian berbagai disiplin ilmu sejak dulu.
Puasa ramadhan dijalani kaum muslimin selama sekitar 13 – 14 jam untuk daerah katulistiwa seperti halnya Indonesia dan sekitar 22 jam bagi masyarakat di daerah non tropis tertentu (pada musim panas-red). Mayoritas kaum muslimin secara normal mengkonsumsi makanan dua kali dalam sehari yaitu di waktu sahur dan berbuka puasa. Meski aktivitas sehari-hari dijalankan seperti biasa namun aktivitas fisik yang berlebih cenderung kita hindari. Selain itu, pola dan porsi makanan selama bulan ramadhan tentunya akan berubah. Di beberapa budaya, makanan yang dikonsumsi selama bulan puasa akan mengandung lebih banyak lemak, protein dan gula bila dibandingkan dengan makanan yang dikonsumsi di luar bulan ramadhan.
Metabolisme lipid, karbohidrat, protein dan hormon mengalami perubahan. Saat berpuasa, tubuh akan mengganti sumber energi dari glukosa menjadi asam lemak. Asam lemak tersebut merupakan hasil pelepasan dari adiposit yang dapat menurunkan lemak tubuh. Orang yang berpuasa tentu saja tidak dapat disangkal akan mengalami dehidrasi namun begitu sungguh menakjubkan tidak pernah terjadi kasus dehidrasi berlebih kronis bagi orang yang berpuasa.
Efek berpuasa selama ramadhan mengalami perbedaan tergantung iklim, budaya dan sosio-demografi. Secara kesehatan, berpuasa di bulan ramadhan akan menurunkan berat badan, lipoprotein densitas rendah (low-density lipoprotein/LDL) dan glukosa plasma puasa. Menurut sebuah penelitian, Ramadhan Fasting Decrease Body Fat but Not Protein Mass yang dilakukan oleh Ari Fahrial Syam dkk pada tahun 2016, menyebutkan bahwa setelah berpuasa selama 28 hari, berat badan, BMI (Body Mass Index), air dan mineral tubuh mengalami penurunan secara signifikan sedangkan protein massa tubuh dan asupan kalori tidak berubah secara signifikan.
Sedangkan dalam jurnal Relative Metabolic Stability, But Disrupted Circardian Cortisol Secretion During The Fasting Month Of Ramadhan berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Bahijri S dkk menyebutkan bahwa berpuasa di bulan ramadhan menaikkan resistensi insulin yang disebabkan berkurangnya pola makan yang memberikan pengaruh terhadap metabolisme dan siklus circadian (siklus biologis manusia normal). Lain halnya dengan sel darah merah, sel darah putih, trombosit, liporotein densitas tinggi – kolesterol (High Density Lipoprotein/HDL-cholesterol) yang meningkat selama berpuasa.
Selain itu puasa selama ramadhan akan menurunkan inflamasi (peradangan). Tak dapat disangkal kesimpulan yang menyatakan berpuasa di bulan ramadhan merupakan cara sehat tanpa obat untuk meminimalkan faktor resiko dan meningkatkan kualitas kesehatan sehingga tidak menjadi salah bila disebutkan berpuasa akan menyehatkan.
Masyaallah ternyata dengan menunaikan puasa selama satu bulan penuh, banyak sekali kemashlahatan yang Allah berikan kepada kita semua yang menjalankan perintah-Nya.
Lantas, bersiapkah kita menyambut bulan mulia ini??
Fan page : HALAL CORNER
FB Group :
Website : www.halalcorner.id
Twitter : @halalcorner
Instagram : @halalcorner
Referensi : diolah dari berbagai sumber
Redaksi : HC/IS
[:]