[:id]HALALCORNER.ID – Alhamdulillah, saat ini semua umat Muslim seantero jagad raya tengah menikmati dekapan bulan Ramadan dan dalam kesyahduan mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Sebagaimana kita ketahui berbagai aktivitas Ramadan di Indonesia, lalu bagaimana ya dengan saudara-saudari kita di luar negeri?
Yuk, simak artikel ini sampai akhir!
- Ramainya Masjid
Dalam sebuah hadits masyhur, Rasulullah bersabda “Jika telah datang bulan Ramadan, pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, dan setan-setan dibelenggu” [Muttafaqun ‘alaihi]
Pada bulan ini, semangat beribadah semakin kuat, masjid-masjid pun juga lebih ramai dari biasanya pada waktu sholat fardhu. Sama halnya dengan di tanah air, DKM masjid di luar negeri juga mengadakan acara buka bersama dan dilanjutkan dengan rangkaian sholat Maghrib, Isya, dan Tarawih.
Jika berada di wilayah multikultur yang lebih heterogen seperti Toronto dan New York, kita dapat rasakan suasana bersilaturahmi dengan sesama muslim dari Eropa, Timur Tengah, India, maupun Cina. Kita juga dapat menjumpai kebersamaan dalam perbedaan mazhab.
Tradisi jamuan ifthor pun juga beragam, tergantung dari asal negara pengurus masjid atau komunitas Islam setempat, tapi biasanya menu timur tengah dan India lebih mendominasi, seperti nasi biryani, lamb kabsa, samosa, baklava, karena memang Muslim dari wilayah timur tengah mendominasi dalam merantau ke negara lain, tak ketinggalan kurma pun pasti tersedia.
Ceramah di sela tarawih pun bisa tergolong pengalaman unik karena menggunakan berbagai bahasa yang berbeda sesuai dengan mayoritas komunitas setempat.
- Kegiatan Komunitas Islam Indonesia
Komunitas Islam Indonesia di luar negeri juga biasanya mengadakan acara rutin buka bersama selama Ramadan berlangsung. Tentunya ini kegiatan yang diminati oleh warga Indonesia yang tinggal di luar negeri, apalagi yang jauh dari suasana berpuasa bersama keluarga. Selain mengobati rindu dengan makanan tanah air, kegiatan ini juga sebagai ajang silaturahmi dengan warga Indonesia lainnya, terkadang kedutaan besar Indonesia juga turut berpartisipasi. Rangkaian acara ini berlanjut hingga menunaikan shalat Idul Fitri.
- Perbedaan waktu dan musim
Kalender Hijriyah menggunakan peredaran bulan sebagai acuannya, berbeda dengan kalender Masehi yang menggunakan peredaran Matahari. Hikmah dari kalender Islam tersebut adalah, bulan Ramadan seperti dipergilirkan waktunya dari musim ke musim. Pada tahun 2018 ini, Ramadan jatuh pada bulan Mei hingga Juni sesuai kalender Masehi. Oleh karena itu di bumi belahan utara, seperti Eropa dan Amerika sedang mengalami musim panas. Adapun waktu puasa sekitar 17 jam dan bahkan bisa mencapai 22 jam seperti di Islandia.
Jika menengok negara-negara yang berada di daerah khatulistiwa seperti Indonesia, Malaysia, Brazil, dan Kolombia, berada dalam kurun waktu puasa sekitar 13 jam. Nah, yang berada di wilayah bumi belahan selatan seperti Australia dan Selandia Baru cukup singkat waktu puasanya, sekitar 12 hingga 11 jam dan sedang mengalami musim dingin. Adapun yang sedang menjalankan puasa di Chile terasa cukup mudah, karena merupakan negara dengan waktu puasa tersingkat di dunia, hanya 9 jam.
- Ramadhan di tanah suci
Menunaikan ibadah puasa di tanah suci merupakan suatu pengalaman spiritual yang luar biasa, karena berada dalam lingkungan hamba-hamba Allah yang giat mengamalkan ibadah dan berada di tempat yang sempurna. Bahkan pahala umroh di bulan Ramadan seperti ibadah haji bersama Rasulullah, “Sesungguhnya umroh di bulan Ramadhan seperti berhaji bersamaku” (HR. Bukhari no. 1863). Semoga Allah mudahkan langkah kita berumroh di bulan Ramadan.
n.
Adapun penduduk Mekah dan Madinah begitu menunjukkan contoh fastabiqul khoirot dalam memberi makan buka puasa untuk orang lain. Jika kita sedang berumrah di bulan Ramadhan dapat kita jumpai warga setempat berusaha keras mengajak Anda untuk berbuka puasa dengan jamuan ifthor yang mereka siapkan di pelataran Masjid dua kota suci tersebut.
Berpuasa di tanah suci terhitung lebih panjang daripada di Indonesia, yakni hampir 15 jam dan suhu udara bisa mencapai 45° panasnya. Tentunya kesulitan tersebut tidak seberapa dengan kenikmatan berpuasa dan qiyamullail di kota suci. Kualitas lantunan ayat-ayat Al Qur’an oleh imam Masjidil Haram dan Masjid Nabawi pun makin menambah kekhusyukan dalam sholat.
- Ramadhan di negara non muslim
Berbeda lagi dengan yang menjalankan puasa di negara non muslim. Di saat Ramadan, seolah-olah tidak terjadi apa-apa, karena masyarakat setempat tetap makan dan minum seperti biasa, dan terkadang tak jarang melihat kegiatan yang kurang pantas di bulan suci. Tentunya ini adalah tantangan tersendiri.
Namun begitu, banyak umat Muslim yang memanfaatkannya dengan syi’ar Islam melalui Ramadan. Ketika diajak istirahat makan siang dan kita menunjukkan bahwa kita tidak makan karena berpuasa, akan menjadi pertanyaan bagi teman-teman non muslim yang belum paham. Bahkan pertanyaan dapat berlanjut dengan kesempatan untuk berdakwah tentang Islam. Tak jarang ditemui di televisi nasional negara setempat yang meliput mengenai apa itu Ramadan dan kegiatan apa saja yang dilakukan umat Muslim.
Beberapa Umat Muslim yang bekerja di negara non muslim juga dengan lihai mengambil peluang menghabiskan cuti panjang selama bulan Ramadan sehingga dapat konsentrasi ibadah dengan maksimal.
Fan page : HALAL CORNER
FB Group :
Website : www.halalcorner.id
Twitter : @halalcorner
Instagram : @halalcorner
Referensi : diolah dari berbagai sumber
Redaksi : HC/She[:]