[:id]HALALCORNER.ID, JAKARTA – Dalam agama Islam, penggunaan seluruh anggota tubuh babi diharamkan, baik itu untuk dikonsumsi maupun untuk dimanfaatkan dalam hal lainnya. Padahal jika kita cermati baik-baik, seluruh bagian tubuh babi ternyata memiliki manfaat untuk manusia. Termasuk di dalamnya gelatin dari babi yang biasanya dimanfaatkan dalam sektor makanan.
Kali ini Tim HalalCorner akan membahas tentang fenomena gelatin dari hewan babi, Selamat membaca.
Sebelumnya, mari kita ketahui dahulu, apa itu Gelatin?
Gelatin adalah zat kimia padat yang tidak berwarna dan tidak berasa yang dibuat dari kolagen. Kolagen sendiri adalah protein alami yang ada dalam tubuh hewan, seperti sapi, babi bahkan ikan. Namun umumnya yang diproduksi secara massal adalah kolagen dari sapi dan babi. Gelatin biasanya diproduksi untuk memenuhi kebutuhan industri makanan, kosmetik, dan obat-obatan.
Gelatin pertama kali dikembangkan di Belanda pada tahun 1685, lalu kemudian di Amerika pada tahun 1808, hingga akhirnya gelatin di produksi massal di berbagai negara di dunia.
Berikut ini adalah video yang cukup viral ketika gelatin babi terlibat dalam sebuah pembuatan permen jelly.
Yang membuat resah masyarakat muslim di Indonesia adalah kehadiran gelatin babi didalam berbagai produk terkadang tidak kita sadari. Bahkan seringkali gelatin babi hadir dalam produk-produk yang disukai anak-anak, membuat para orang tua makin resah dan semakin waspada akan kehadirannya.
Seperti yang kita ketahui, pembuatan sertifikat Halal MUI saat ini sifatnya masih sukarela. Karena itu sulit menentukan status produk tertentu Halal atau tidak jika pengusaha makanan tersebut belum melakukan sertifikasi Halal pada produknya.
Pada makanan, gelatin babi seringkali di gunakan untuk pembuatan banyak produk makanan, antara lain: permen kenyal, marsmallow, pudding, es krim, dan masih banyak lagi. Terlihat sekali bahwa fungski gelatin sangat dimanfaatkan dalam industri makanan karena kegunaannya yang banyak, diantaranya sebagai pengental, pengemulsi, pembuat gel bahkan penstabil.
Lalu bagaimana cara mendeteksi kehadiran gelatin babi pada makanan yang akan kita konsumsi?
Hal ini cukup sulit dilakukan dan harus menggunakan metode khusus. Karena pada saat pembuatan gelatin sendiri, prosesnya cukup panjang yakni melalui proses ekstraksi suhu tinggi, sterilisasi hingga pengeringan, Hal ini menyebabkan produk menjadi terdegradasi dan sulit dideteksi kehadirannya.
Namun demikian, DNA dari babi masih bisa terdeteksi di hasil akhir produk, hal inilah yang digunakan oleh para analis sebagai dasar untuk menguji kehadiran gelatin babi. Karena itu, kehadiran babi pada makanan tidak bisa diuji secara manual di rumah, melainkan melalui serangkaian cara yang cukup rumit di Laboratorium.
Meskipun masyarakat Indonesia dominan beragama muslim, namun tidak bisa dipungkiri bahwa gelatin babi jauh mempunyai harga yang lebih murah daripada gelatin sapi, karenanya banyak pengusaha yang masih saja menggunakan gelatin babi dalam produknya untuk efisiensi.
Dengan banyaknya kasus mengenai kandungan gelatin babi dalam berbagai sektor (terutama makanan), masyarakat diharapkan selalu waspada pada keberadaan gelatin babi ini. Salah satu cara terbaiknya adalah dengan mengecek selalu logo Halal pada kemasan makanan atau melihat logo Halal yang tertera setiap kali hendak memasuki restoran. Apabila produknya kenyal atau kental namun sudah memiliki sertifikat Halal, berarti produk tersebut menggunakan gelatin dari sapi. Sebaliknya, apabila tidak jelas status Halal haramnya, maka status makanan tersebut menjadi syubhat, sehingga sebaiknya ditinggalkan atau ditahan hingga jelas status Halalnya.
Semoga bermanfaat.
Fan page : HALAL CORNER
FB Group :
Website : www.halalcorner.id
Twitter : @halalcorner
Instagram : @halalcorner
Referensi : diolah dari berbagai sumber
Redaksi : HC/Ruli Retno
Editor : HC/Siti Zulaeha[:]