REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO — Kesiapan Jepang untuk membangun industri halal patut diacungi jempol. Sejak 2013, kafetaria kampus di sejumlah universitas Jepang mulai disisipkan menu halal.
Bagi mahasiswa Muslim yang banyak berasal dari Indonesia, Malaysia, dan Timur Tengah menyambut gembira perkembangan itu. Memang, masih banyak hal yang harus diperbaiki, seperti misal, penggunaan panci dan piring yang berbeda untuk makanan halal dan non-halal.
Universitas Tokyo merupakan pionir dalam hal ini. Mereka memasukan menu makanan halal sejak tahun tahun 2010. Setelah itu, menyusul empat universitas lain. Hingga kini, ada 19 universitas yang telah memasukan menu halal dalam kampus.
Jepang sejak awal memang menargetkan peningkatan jumlah mahasiswa asing pada tahun 2020. Itu sebabnya, banyak kebijakan mulai diterakan guna membuat mahasiswa Muslim kerasan dan betah di Jepang.
“Kami memahami Muslim sulit memperoleh makanan halal. Karena kebanyakan makanan disini menggunakan emulsi babi,” ucap Takeshi Ito, perwakilan Asosiasi Halal Jepang (JHA) seperti dilansir reuters, Ahad (26/1).
Saat ini, ada sekitar 140 ribu mahasiswa asing di Jepang. Pada tahun 2020, Jepang menargetkan 300 ribu mahasiswa asing. Data terakhir menyebutkan jumlah mahasiswa Muslim terbanyak berasal dari Indonesia dan Malaysia, masing-masing berjumlah 2.276 dan 2.319 orang.