[:id]Berkenalan dengan Sapi Berotot dari Belgia[:]

Photo of author

[:id]HALAL CORNER.ID, JAKARTA – Beberapa waktu yang lalu, netizen dihebohkan dengan viral ‘sapi berotot’ yang diisukan sebagai hasil rekayasa genetik antara sapi dan babi sehingga disinyalir diragukan kehalalannya. Menjawab isu tersebut, mari kita kenali lebih dalam sapi unik yang sempat viral tersebut.

Isu ‘sapi berotot’ hasil rekayasa genetik tersebut sebenarnya didasari tantangan dan fakta terhadap tuntutan pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat akibat ketidakseimbangan ketersediaan pangan saat ini. Di bidang peternakan, peningkatan efisiensi metabolisme hewan ternak seperti peningkatan kualitas daging dan produksi susu, selain juga efisiensi penyerapan pakan menjadi hal yang mutlak dilakukan. Konsumsi daging sapi sebagai sumber protein semakin meningkat karena  kesadaran masyarakat akan pentingnya konsumsi daging sebagai sumber protein semakin meningkat pula. Saat ini kebutuhan daging sapi di Indonesia dipenuhi dari sapi lokal seperti sapi Bali, sapi peranakan Ongole (PO) dan sapi impor yang berasal dari Australia (Australian Commercial Cross). Kualitas seekor sapi sendiri diukur dari karkas, daging yang belum dipisahkan dari tulang dan kerangkanya, yang dihasilkan baik secara kuantitatif dan kualitatif.

Salah satu ternak yang dikembangkan adalah sapi belgian atau Belgian Blue (Blanc-Bleu Belge ) yang mempunyai keunikan otot ganda atau double muscle. Sapi yang memiliki warna kulit ‘kebiruan’ ini secara resmi diperkenalkan Belgia pada tahun 1920. Sapi berotot raksasa ini merupakan jenis sapi yang berasal dari Belgia Utara. Sapi jenis ini menjadi istimewa karena bobotnya yang luar biasa berkisar 1,1 hingga 1,25 ton dengan tinggi 1,2 – 1,5 m, bila dibandingkan dengan sapi lokal yang hanya berbobot kurang dari 500 kg. Sapi jenis ini merupakan hasil perkawinan sapi jenis Shorthorn, Inggris dan Charolais dan dapat hidup di suhu  ekstrim. Belgian Blue terbagi menjadi dua jenis yaitu Belgian Blue pedaging dan Belgian Blue pedaging dan susu.

 

Meski Belgian Blue memiliki mutasi gen yang menyebabkan adanya perbedaan dari sapi pada umumnya, Belgian Blue bukanlah hasil rekayasa genetik. Belgian Blue merupakan hasil teknologi perkawinan silang atau crossbreeding. Belgian Blue tidak memiliki myostatin dalam sel. Hal ini menyebabkan terjadinya pembesaran jaringan otot baik hipertrofi (hasil peningkatan ukuran sel) atau hiperlaksia (bentuk penambahan jumlah sel). Myostation merupakan protein penghambat pertumbuhan otot daging sehingga daging dapat tumbuh berlipat ganda. Adanya gen myostastin yang bermutasi secara alami merupakan fenomena yang biasa terjadi pada kawin silang. Fenomena ini menyebakan adanya peningkatan massa otot sebesar 20-25%.  Belgian Blue sendiri saat ini dikembangkan melalui inseminasi buatan.

Saat ini Belgian Blue Herd Book menjadi rujukan bagi peternak akademisi dan publik dalam mencari informasi apapun mengenai sapi Belgia. Belgian Blue Herd Book menetapkan standar sapi Belgia meliputi standar kepala, leher, bahu, punggung, paha kaki, ekor dan kemampuan berjalan. Situs resmi Herd-Book Belgian Blue Beef memaparkan kualitas terbaik dari Belgian Blue dari mulai kepala, leher, bahu, tulang bahu, punggung, dada, perut, pantat, paha, ekor, struktur tulang, ambing dan testikel. Sapi Belgian Blue memiliki organ dalam dan kulit 15% lebih kecil dari sapi biasa sehingga tidak dapat banyak makan rumput karena tidak ada ruang untuk menyimpan rumput dalam perut mereka. Pakan sapi jenis ini adalah konsentrat biji-bijian, kedelai dan jerami. Hal inilah yang menyebabkan pemberian pakan lebih efisien yang disebut sebagai salah satu kelebihan Belgian Blue.

Sapi jenis ini tumbuh dan berkembang dengan cepat dalam waktu relatif singkat, berbobot besar dan menghasilkan susu dan daging dalam jumlah besar. Belgian Blue menghasilkan karkas lebih banyak dari lainnya sekitar 82% dengan limbah dan lemak yang lebih sedikit. Selain itu, komposisi gizi proteinnya juga tinggi, mengandung vitamin B3 dan B12, zat besi dan seng. Kolesterol daging Belgian Blue kurang dari 45 mg/100 g atau lebih rendah dari daging ayam yang berada di kisaran 62 mg/100 g. Daging Belgian Blue terasa lebih empuk dan lebih mudah dimasak dibanding daging lainnya.

Dapat dikatakan Belgian Blue merupakan contoh yang nyata suatu program terencana swasembada pangan. Indonesia sendiri telah berhasil mengembangkan Belgian Blue di Balai Embrio Ternak (BET) Cipelang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Dilansir dari situs betcipelang.ditjennak.pertanian.go.id, sapi Belgian Blue pertama yang diproduksi BET dinamai ‘Gatot Kaca’. Momen ini diharapkan dapat mengfasilitasi pemenuhan kebutuhan daging nasional dan mampu menghasilkan keturunan dengan kualitas unggul.

 

Dari berbagai sumber

Foto : http://www.hbbbb.be  dan betcipelang.ditjennak.pertanian.go.id

Redaksi : HC/AN

 [:]

Tinggalkan komentar

Social media & sharing icons powered by UltimatelySocial