HALALCORNER.ID. JAKARTA — Selandia Baru dikenal sebagai negara eksportir terkemuka daging halal ke negara-negara Muslim, termasuk Indonesia. Namun, permintaan untuk makanan halal melebihi kemampuan pasokan Selandia Baru. Untuk ini, negara ini, mencari mitra dengan negara lain untuk menjalankan industri ini.
Dilansir dari asia.nikkei.com (24/12), Pemimpin aliansi untuk pasokan makanan dan layanan di Pricewaterhouse Coopers (PwC), Bruce Baillie mengatakan, saat ini, seluruh produksi daging kambing, daging sapi, dan ayam di Selandia Baru telah memiliki sertifikat halal.
Dengan jumlah konsumen halal sepertiga dari populasi dunia, Baillie mengatakan Selandia Baru tidak bisa memenuhi permintaan produk halal. Dia menyarankan, Selandia Baru dapat memberikan pengetahuannya ke Jepang. PwC adalah kantor jasa professional terbesar di dunia yang ikut berpartisipasi dalam rapat gabungan antara pelaku bisnis Jepang dan Selandia Baru yang diselenggarakan di Wellington pada akhir November lalu.
Baillie menekankan, Jepang memiliki potensi untuk menjadi pemasok utama produk halal. Jepang, seperti Selandia Baru, adalah sebuah negara kecil dan nilai ekspor yang tinggi akan sangat penting untuk pertumbuhan ekonominya.
Saat ini, Jepang telah mengalami peningkatan jumlah wisatawan Muslim. Jumlah wisatawan ini diharapkan akan lebih banyak saat Jepang menjadi tuan rumah Piala Dunia Rugby di 2019 dan Olimpiade Musim Panas pada 2020. Ini artinya peluang pasar halal di Jepang begitu besar. Jepang dapat mengikuti strategi dari negara lain untuk memasarkan produk halalnya kepada wisatawan. Seperti di Rotterdam Belanda telah menyediakan makanan halal di pelabuhan.
Selandia Baru mengekspor sekitar 90 persen dari produk pertanian. Angka ini merupakan prestasi yang signifikan bagi negara dengan populasi 4,7 juta. Tingkat swasembada pangan adalah 185 persen. Jepang hanya mengelola 39 persen. Menurut Silver Fern Farms, memfokuskan pada produk halal adalah pilihan rasional untuk seluruh organisasi.
Sumber : Republika